kisah asmara berujung duka karena mertua




Bentakanmu Melumpuhkan Hatiku

Kisah ini berawal dari perjalanan cintaku dengan suami. Aku menikah dengannya saat masih berumur 22 tahun. Kami adalah sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama 5 tahun. Lalu memutuskan menikah karena sama-sama ingin menunjukkan keseriusan.

Diawal pernikahan semua berjalan dengan lancar, romantis dan penuh kehangatan. Kami memutuskan menunda kehamilan, karena jujur saja aku belum siap untuk menjadi seorang ibu. Saat itu suami setuju-setuju saja.

Awal masalahnya muncul ketika mertuaku mulai sering mempengaruhi suamiku. Dia mengatakan kepadanya bahwa aku wanita yang buruk. Tak bisa memberinya cucu.
Suami mulai mengeluh kepadaku, dia menginginkan anak. Tapi tetap saja aku belum siap, aku masih ingin menikmati hidup berdua dengan suami seperti orang pacaran. Awalnya hanya keluhan, lama kelamaan menjadi bentakan. Suami membentak setiap kali membahas perihal keturunan. Suami jadi tidak betah dirumah.

Aku tahu ini semua juga salahku, dia awal tiga tahun pernikahanku, aku mulai menyiapkan diri untuk hamil. Aku mengatakan niat itu kepada suamiku. Dia sangat bahagia, dia memelukku erat dan mengatakan akulah yang terbaik.
Sebulan setelah itu, aku dinyatakan hamil. Suami dan keluargaku sangat bahagia, akupun sangat gembira.
Ternyata menjadi calon ibu itu sangat menyenangkan walaupun harus menahan penderitaan selama kehamilan.

    Baca juga: tuhan tolong lembutkan hati dia yang kusayangi

Saat aku hamil, suami selalu bersikap baik, penyayang dan menuruti semua keinginanku.
Menjelang masa kelahiran, suamiku berubah kembali dia sering membentakku hanya karena masalah sepele. Dia marah bahkan saat aku tak sanggup memasakinya. Dia benci ketika aku memintanya mengelus perutku.

Aku bersabar saja. Ini yang aku takutkan. Bukannya tambah menyayangiku, malahan suami berubah drastis menjelang masa persalinan. Saat aku melahirkan, aku kembali mendapati suami yang penuh perhatian, dia menemaniku sampai selesai proses persalinan. Aku tahu dia begitu bahagia atas kehadiran putra kami. Namun aku bingung sikapnya telah amat berubah.
Sikapnya yang tak pernah kasar menjadi begitu tempremental.

Mengurusi bayi bukanlah perihal mudah bagiku. Aku meminta izin suami untuk menjemput ibuku,agar dia bisa membantuku. Suami tak mengijinkannya. Dia mengatakan bahwa ibunya akan merawatku.
Aku terima saja, toh ada yang akan membantuku.
Aku mengira mertuaku membenciku, ternyata dia begitu menyayangi dan perhatian terhadapku.

Semakin lama, suami semakin berubah. Dia menjadi sosok yang tidak aku kenal. Sering dia marah hanya karena anakku mengotori kemejanya. Sangat sering dia membentakku karena memintanya bermain bersama kami. Semua kejadian itu membuat aku depresi.
Hampir saja aku stress, namun aku mengkonsultasikan diri ke psikolog. Banyak saran yang diberikan olehnya. Aku mencoba lebih tenang dan tak menghiraukan kemarahan suami.
Mungkin dia bersikap seperti itu karena terlalu capek bekerja.

Jujur saja, kebahagiaan yang ku idamkan saat berpacaran dulu telah sirna. Aku tertekan, sama sekali tidak bahagia. Aku takut jika harus memulai percakapan dengan suamiku.
Aku takut mengadukan masalahku kepadanya. Bahkan aku tak berani menceritakan apa yang ku alami diluar rumah seperti awal-awal pernikahan kami.
Pernah aku menegurnya, aku bicara dari hati ke hati akan sikap dan perubahannya. Namun dia hanya diam. Dan besoknya diulanginya lagi sikap buruknya.

Bukan menyesal, aku tahu mungkin ini akibat dari kurang terjaganya komunikasi antara kami. Rumah terasa bagaikan neraka. Aku bagaikan tahanan yang selalu tertekan dirumahku sendiri. Aku mencoba bersabar untuk putraku, walau sebenarnya aku rapuh, dialah penyemangatku.
Kata-kata rumahku istanaku seakan jauh dari kehidupan kami.
Aku yang merasa cinta suami telah pudar. Aku merasa dia bosan. Aku menganggap semuanya karena kejemuaannya terhadapku.

    Baca juga: menantu idaman mertua bagi cewek wajib tau

RENUNGAN:
jantung rumah adalah istri. Jika istri bahagia maka seisi rumah akan terasa begitu nyaman dan tentram. Namun jika istri menderita, rumah akan terasa seperti neraka.
Jangan sekali-kali membentak wanita, itu akan berakibat buruk bagi kesehatan mentalnya.
Wanita sangat rentan depresi, perlakukanlah wanita dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
Niscaya kamu akan menjadi pria beruntung yang akan selalu dicintainya.


Terimakasih telah membaca kisah asmara berujung duka.
Klik share untuk membagikan. Semoga bermanfaat.
Sekian dan terimakasih

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "kisah asmara berujung duka karena mertua"

Post a Comment