PEMENANG SEJATI BUKAN SI JUARA DALAM PERLOMBAAN
Adriana Novalia Hermawan adalah seorang penari. Dia menguasai teknik traditional dance dan modern dance. Kelenturan tubuhnya membawa namanya sebagai salah satu penari nasional kebanggaan masyarakat. Hampir seluruh tarian tradisional dikuasainya. Semuanya dia pelajari ketika masih di sekolah dasar, dengan mengikuti ekstrakurikuler khusus nari disekolahnya.
Ria Hermawan begitulah panggilan akrapnya. Sering mengikuti berbagai kontes nari bersama kelompok dancenya ketika SMA. Gadis 17 tahun itu, ditunjuk admin grup dance nya untuk mewakili grup mereka di ajang pemilihan member dancer salah satu stasiun tv swasta.
Keuluten dan kegigihannya dalam berlatih cukup membuat banyak temannya berkesan. Dirinya dengan semangat latihan gerakan- gerakan sulit sekalipun.
Tiba acara pemilihan member dancer grup tv swasta tersebut. Ria di dampingi ayahanda tercintanya. Memang pak Hermawan senantiasa menemani putrinya itu dimanapun dia tampil. Kontes dimulai, Durasi waktu diberikan kepada setiap peserta sekitar 10 menit. Banyak sekali peserta yang mengikuti kontes itu.
Ria mendapat nomor urut ke 4. Dia masih sempat istirahat dan menonton aksi yang ditunjukkan peserta lain.
Baca juga: 4 pengembara dan pulau tak berpenghuni.
Adriana Novalia Hermawan. Dia telah dipanggil. Ria menyalami ayahnya kemudian bangkit dan memulai aksinya. Menit-menit berlalu dengan sangat baik. Penonton dan peserta lainnya sangat menikmati pertunjukan Ria. Tepuk tangan yang gemuruh mengiringi penampilan gadis cantik itu. Menit ke 6 dimana hampir saja Ria mengklimaks kan penampilannya, sebuah insiden membuat harapan ria pupus. Dia terpeleset. Kakinya terkilir. Tim medis segera datang membantunya. Penonton terdiam, para juri pun menyarankan agar Ria tidak melanjutkan aksinya.
Namun jauh diluar dugaan, Ria bangkit, meski dengan rasa sakit dia kembali menggerakkan tubuh indahnya. Air matanya menetes menahan sakit dikakainya. Semua orang meminta Ria berhenti. Disela-sela banyak orang, datang seorang lelaki paruh baya. Dia memegangi Ria, itu pak Hermawan. Ayah Ria. Dia meminta putrinya berhenti. Ria menangis, karena sang ayah membantunya, merangkulnya. Ria tetap bersikeras melanjutkan tariannya. Walau dengan terpincang-pincang. Akhirnya Ria menyelesaikan tugasnya.
Semua penonton meneteskan air mata melihat perjuangan Ria. Mereka memberi tepuk tangan yang gemuruh di akhir penampilan Ria. Meskipun Ria tidak terpilih sebagai juara dalam kontes itu dan malah tereliminasi, namun dia telah menjadi juara di hati para penonton.
Perjuangan Ria melawan rasa sakitnya demi menyelesaikan kewajibannya diingat penonton yang menyaksikan itu selama bertahun-tahun. Perjuangan Ria dimuat di beberapa surat kabar.
PEMENANG SEJATI BUKAN SI JUARA DALAM PERLOMBAAN. Dia yang mampu memenangkan hati masyarakat. Dialah pemenang sejati.
RENUNGAN :
- bagi orang tua, tidak penting anaknya menang dalam suatu perlombaan, namun dia mampu menampilkan kemampuan terbaiknya itu sudah merupakan sebuah kemenangan yang tiada tandingannya. Jadi masihkah kita bersaing hanya untuk menang?
Pemenang itu bukan dia yang mampu meraih juara. Namun dia yang menang melawan rasa sakitnya.
- menyerah dan putus asa bukanlah suatu keputusan yang baik. Terus semangat apapun kondisimu itulah hal yang luar biasa. Optimislah dalam hidup, terus semangat meskipun harus terjatuh dan sakit.
Baca juga: kesombongan menghancurkanmu.
PESAN:
Semoga kita mampu mengaplikasikan sifat optimisme dan pantang menyerah dalam kehidupan ini. Jangan menyerah, seberat apapun masalahmu.
Terimakasih telah membaca kisah motivasi hidup dari saya. Jangan lupa bagikan, mungkin teman-teman yang lain juga akan termotivasi dari kisah ini.
Sekian.
0 Response to "Pemenang sejati bukan si juara dalam perlombaan kisah ria hermawan"
Post a Comment