Tuhan tolong lembutkan hati dia...
Untuk terima ku seadanya..
Kerna ku tak sanggup..
Kerna ku tak mampu...
Hidup tanpa dia.. Disisiku.
Tuhan aku tahu banyak dosaku..
Hanya ingatkan Mu kala dukaku..
Namun hanya kamu yang mampu membuka..
Pitu hatinya tuk cintaku...
Alunan lagu Hafiz ft Adira menghanyutkanku. Tak terasa air mata ini menetes. Kupandangi lagi foto itu, foto dihari pernikahanku.
Aku bagaikan permaisuri yang tampak anggun disamping rajaku.
Senyuman penuh bahagia di dalam foto itu, kini berubah menjadi tangisan duka yang menyayat hati.
Batinku menjerit, aku berteriak sekeras-kerasnya. Dadaku sesak, aku tak sanggup lagi menahan amarah ini.
Priiiiinnnggg... Suara kaca itu pecah, aku melempar foto pernikahanku ke dinding. Rasanya ingin dirinyalah yang aku lempar. Suamiku, dinding itu ku bayangkan sebagai dirinya.
''Tuhan.. Seburuk inikah jalan takdirku?. Aku meratapi nasibku ini. Dia permataku telah berubah menjadi batu dijalanan. Dia emas dan intanku yang telah berubah menjadi besi karatan. Dalam kelembutanku dia menyusupkan belati tajam. Dalam kesabaranku dia menyulut api yang berkobaran. Sungguh kejam.
Aku tersungkur diatas lantai kamarku, kini aku harus bagaimana?. Harus meluapkan semuanya, atau pura-pura menjadi perempuan bodoh yang tidak tahu apa-apa. Jelas- jelas didepan mataku, suami yang sangat aku cintai, imam yang sangat aku hormati bercumbu mesra dengan adik tiriku. Sakit ini tak tertahankan, memang suatu kesalahan membiarkan adikku itu tinggal bersama kami. Bantuan yang kuulurkan untuknya dibalas tikungan yang amat tajam. Membiarkannya tinggal bersamaku, sama saja telah memasukkan harimau kedalam rumah tanggaku.
Baca juga: dari facebook turun kehati kisah asmara rizka
''Sayang'', suamiku dengan lembutnya membelaiku. Dia besikap seakan-akan tak pernah melakukan kesalahan dibelakangku.
"kamu kenapa?" bangunlah. Mengapa kamar ini begitu berantakan?" tanyanya penuh kelembutan.
Aku tak menjawabnya. Hanya memeluknya dengan erat mencium tangannya. Dan bangun berlalu meninggalkan dia dengan sejuta pertanyaannya.
Aku mendatangi kamar adik tiriku, kelihatan dia dengan ramah menyambutku.
"mbak Tika?. Ada apa mbak?" tanyanya seolah-olah sangat menghormatiku.
Aku memeluknya erat, agar dia fikir aku tak tahu apa-apa. Mungkin saat ini dia merasa menang. Karena semua kelakuan bejatnya tak aku ketahui.
Aku menuju kamar putra kecilku. Dia pangeranku, penyejuk hatiku. Satu-satunya orang yang tulus mencintaku dirumah ini.
Akupun memeluknya, air mataku jatuh.
" sayang, maukah kamu ikut mama?. Kita akan berlibur besok, hanya berdua saja." tanyaku sambil mengelus kepalanya.
Dia hanya mengangguk, mungkin dia keheranan melihatku menangis, namun tak berani mengatakan apa-apa.
Aku pergi, tanpa memberitahukan suamiku. Aku hanya ingin menenangkan diri bersama putraku. Aku tahu secara agama ini salah, namun tak ada yang dapat aku lakukan selain pergi dan menenangkan fikiranku.
Ketika kembali nanti, aku harap Allah mengumpulkan kekuatan untukku menghadapi kenyataan bahwa suami berselingkuh dengan adik tiriku.
Sebulan aku menyepi, aku mendatangi bebarapa pesantren, dan menengkan diri disana. Aku banyak belajar, bahwa aku harus ikhlas, namun tetap saja harus menuntaskan permasalahanku dengan suami dan adik tiriku.
Dirumah sejak hari peninggalanku, suamiku bagai kehilangan arah, walaupun ditemani adik tiriku, dia merasa ada yang kurang. Dia kehilangan sosok yang selama ini telah setia disisinya. Setiap siang dan malam dia menelponku,namun aku tak mengangkatya. Pernah sekali ketika dia telpon putraku mengangkatnya, mengatakan kepada papanya bahwa kami baik-baik saja, sedang liburan dan belajar agama. Setidaknya pernyataan putraku itu, membuatnya lega.
Aku memutuskan kembali kerumah setelah 44 hari kepergianku. Aku merindukan suasana rumah, aku mulai ikhlas, aku semakin sabar, hatiku tak lagi dipenuhi amarah. Aku berfikir untuk menyelesaikan kemelut rumah tanggaku dengan kepala dingin.
Sesampainya dirumah, aku melihat rumah berantakan, tak ada seorang pun dirumah. Aku menuju kamarku, tapi tak mendapati siapapun disana. Aku menuju kamar adik tiriku, disanapun kosong.
Ku ambil telpon genggamku, ku hubungi suamiku. Aku berharap dia pulang dan kami menyelesaikan permasalahan ini.
Setengah jam kemudian suamiku pulang, dia tampak tak terurus. Tubuhnya semakin kurus, dia menghampiri dan memelukku. Menangis dan bersimpuh dikakiku.
Aku mengangkatnya, dan mengajaknya ke kamar. Aku tak ingin putraku menyaksikan semua ini.
Dia kembali memelukku erat. Aku tahu dia merindukanku. Aku tersenyum, menyambut pelukannya dengan hangat. Rasa cintaku tak pernah luntur, meski hatiku telas diiris sembilu kepalsuannya. Aku menanyakan keberadaan adik tiriku.
Dia terdiam, kemudian mulai meneteskan air mata. Dia memegang erat tanganku. Aku tahu dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi masih ada yang dia tahan, ada ketakutan dimatanya.
Aku mengelus tangannya, tangan suami yang telah memberiku nafkah yang tiada terkira.
Aku mengangguk, memberi tanda agar dia tidak perlu takut. Aku akan mendengarkan apapun yang dikatakannya.
"aku telah mengusirnya. Maafkan aku, tapi itulah yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan keluarga kita." ucapnya membuka pembicaraan.
"mengapa?" aku bertanya kepada suamiku.
" aku takut kehilangan kamu. " dia menjawab singkat dan mulai menangis.
Akupun ikut menangis. Aku menahan diriku untuk meluapkan semua pengetahuanku tentang kebiadabannya.
" maafkan aku, aku telah berbuat salah. Aku tergoda dengannya, aku memang iblis yang tak berperasaan, aku yakin kamu tahu semua itu, namun tetap saja kamu tak memarahiku. Kenapa kamu sebaik itu? Kenapa harus dengan seperti ini kamu membalasku?
Kenapa harus meninggalkan aku sendirian? Kenapa kamu sabar bahkan setelah tahu semuanya?" tangisnya memecah diiringi pertanyaan-pertanyaan itu.
" karena aku istri sahmu." itulah jawabanku.
Dia semakin terisak, aku tahu betul dia menyesali perbuatannya. Kepergianku telah menyadarkannya. Kesabaranku telah mengembalikannya. Kelembutannku telah menghukum dirinya.
"jangan pergi lagi, bila memang harus pergi, maka pergilah bersamaku. Aku tidak akan melepaskan tanganmu lagi atau bahkan membiarkan genggaman ini renggang. Kamulah satu-satunya yang paling berharga. Dari dulu sampai saat ini dan bahkan selama-lamanya hanya kamu dan akan tetap kamu, yang menjadii penyemangatku. Setelah kepergianmu aku merasa terpuruk, aku rindu, sangat rindu, tak mampu menahannya.
Aku sayang kamu." dia mengatakan itu dengan begitu ikhlas.
Aku memeluknya. "Imamku, terimakasih telah kembali".
Aku memutuskan untuk melupakan masalah rumah tangga ini. Bukankah pelangi memang datang setelah gemuruh dan badai. Mungkin Allah memberikan kebahagian setelah masalah kami ini.
Aku bersyukur, walaupun sakit yang pernah ku rasa. Aku tahu Allah menyayangi hambanya yang senantiasa sabar.
"Baca juga:istri rela suaminya menikah lagi dengan
Semoga dapat dipetik hikmah dari kisah diatas. Dan semoga saja dari kisah ini ada keluarga yang terselamatkan.
Terkadang seseorang tak menyadari emas dan permata di depan mata, malah sibuk mencari perak diseberang lautan.
Sekian.
0 Response to "tuhan tolong lembutkan hati dia yang aku sayangi"
Post a Comment